expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Monday, December 24, 2012

Dimana?

Anda berharap saya ada dimana?
Anda selalu ada dihati saya.


Saya berharap ada dihati anda.
Dimana hati anda?

18:21
(Farida Isfandiari, 24 Desember 2012) 

Yang lain bahkan pernah memilikinya denganmu.
Sedangkan aku tidak.
(Farida Isfandiari, 24 Desember 2012)  

Lebih Baik, Melihat atau Tak Melihat Anda?


Lama saya tak dapat melihat anda,
Jika anda mau tahu itu sebenarnya bukan hal yang mudah untuk saya lakukan,
Namun bukan hal yang sulit karena saya kuat,
Saya terlalu kuat,
Saya tidak akan melakukan apa-apa, saya tidak akan mengatakan pada anda bahwa saya begitu merindukan anda, atau mengatakan saya sangat ingin bertemu dengan anda,
Saya tidak akan meminta,
Seperti rasa cinta yang kemudian saya miliki untuk anda, saya juga tidak pernah tahu sebenarnya siapa yang memintanya,
Saya tidak pernah merasa meminta untuk  jatuh cinta, apalagi jatuh cinta pada anda,
Jadi juga jangan meminta saya untuk tidak jatuh cinta pada anda, karena itu juga bukan keinginan saya.
Seketika anda menghilang dari hidup saya,

Anda Pikir Anda Siapa?


Anda berhasil membuat saya seperti orang yang lemah,
Dan terkadang bahkan lebih terlihat seperti orang yang dungu,
Anda membuat saya seperti orang yang begitu rendah dihadapan orang lain
Dan seolah-olah saya seperti sangat mengiba memohon cinta anda,

ANDA PIKIR ANDA SIAPA?

Cinta Lagi


Ini sebenarnya bisa lebih mudah,
Tapi hatiku tetap masih belum bisa untuk melepasnya.

“HEI HATI !! AKU MAJIKANMU !!”

Sampai kapan dipermainkan, sampai kapan mau seperti itu, sampai kapan kamu sudi untuk terus seperti ini, ini menyedihkan, cinta tidak seperti ini bukan?


00.16 - 00.18
(Farida Isfandiari, 24 Desember 2012)          


11/12/2011 - 11/12/2012
SELAMAT ULANG TAHUN MUSEUM CINTA


Selama belum kiamat, Tuhan masih mengijinkan manusia jatuh cinta dan saling mencinta di duniaNYA :).
MencintaiNYA setiap hari, mengenalinya dari ciptaanNYA, mencintai ciptaannya.

Sunday, November 11, 2012

aku harus berpacu,
berlari meninggalkan perasaan-perasaan masa lalu,
ini inginmu, bukan?
(Farida Isfandiari, 11 November 2012)
Lalu aku harus memilih,
aku memilih untuk tidak memilihmu,
karena move on itu pilihan.
(Farida Isfandiari, 11 November 2012)

Sunday, October 28, 2012

"Dimana Mbak Ria?"


Semalam aku tidur lebih awal.
Kira kira pukul sebelas malam.
Niatku ingin bangun disepertiga pagi,
Menunaikan separuh tulisanku, kewajibanku, menyelesaikannya sesegera mungkin dan sebaik mungkin.
Namun aku terjerat pada sebuah mimpi.
Entah di mimpi bagian sebelah mana, aku masih ingat, jelas di depan mataku aku menunggu arak arakkan pawai kematian melintas.
Sudah sering jika mimpi itu aneh, dan sesuka mimpi itu, dan siapa yang mengaturnya?
Antara aku ikut menyiapkan arak arakan atau aku menunggu di tepi jalan, melihat.
Lalu aku mengomentari pawai kematian itu,
“pawainya bagus, barang barang yang diarak pun mewah, ada pot pot bunga yang di gantung”

Paginya, aku terbangun oleh ketukan pintu ayah yang tak henti henti.
Aku tadi bermimpi,
Aku menuju kamar mandi, duduk lalu menyapa kedua orangtuaku,
Ingin rasanya menceritakan mimpiku langsung pada mereka,
Tapi sebelum itu aku kembali lagi kekamarku,
Kubuka handphoneku,
Sembilan pesan satu panggilan.
Tanpa ekspresi.


Friday, October 19, 2012

Kini aku Mulai terbiasa, Tanpamu?


Kini aku mulai terbiasa, tak bertemu denganmu untuk waktu yang lama.
Aku pikir aku akan kehilangan lagi waktu waktu yang entah darimana bisa ada, untuk ada juga dirimu disana.
Lalu kita bertemu, meski sebenarnya aku datang dengan setumpuk rindu.
Aku pikir akan kaku, aku pikir akan bisu, lalu biasanya aku akan mengutuki diriku ketika sampai rumah
Karena, ya aku memang  menunggu waktu bisa bersamamu, kamu tahu itu?
Ajaib, aku mampu mengatur perasaanku.
Nyaman, dan seharusnya, aku bisa,
Kali ini Aku bisa tak merusaknya,
Dan terimakasih sudah ‘membantu’
Meski aku masih tak mampu melihat matamu lama, lalu pandangan ku segera menyapu ruas wajahmu dan kualihkan pergi,
Senyummu, masih indah, tapi ada yang berbeda.
Apakah sudah bukan hanya milikku saja?
Ah aku tak pernah benar benar bisa memilikinya.
Ohya, kumis tipis yang tumbuh.
Ingin kulihat dari tepi ke tepi, tapi aku takut tak bisa menguasai diri.

Jika Cinta itu Satu Dekapan. Lepaskan, yang Bukan milikmu.

Jika cinta itu satu,
Jika cinta itu dekapan,
Ketika yang kau dekap itu bukan milikmu,
Maka lepaskanlah,
Karena kau tidak akan pernah menemukan milikmu sampai kau benar benar lepas dari apapun,
sehingga terbuka dirimu untuk kemudian bisa mendekap yang memang untukmu, Satu

Friday, September 7, 2012

Kepadamu, Kurindu


Kepada : Kamu
Untuk kamu yang memang sering aku rindu tapi ku enggan mengaku, karena aku lebih ingin bertanya siapa yang kamu rindu?
Kamu lelaki, kamu yang harusnya bilang rindu lebih dahulu! Bisik sisi egoisku

Sudah selayaknya aku bersabar layaknya manusia lainnya,
Ya, Tuhan sudah berjanji, akan ada saatnya bagian dari diri kita, separuhnya kan kembali, bertemu, lalu sang manusia akan utuh, dan menemukan surga dunia yang Tuhan ciptakan, dan janjikan.
Pada suatu detik adakalanya aku kehilangan nafas, ah separuh itu memang tidak utuh, tidak penuh, dan wajar jika suatu waktu rapuh.

Tuesday, September 4, 2012

Buang Semua Puisi (Ketika Kamu Hapus Aku)


Kutuliskan kesedihan
Semua tak bisa kau ungkapkan
Berapa banyak sudah yang kutuliskan, tentangmu, tentang rasaku, tentang kesedihan.
Padamu, Aku tak mampu mengungkapkan,
Aku menunggumu,
Tapi ternyata kamu lebih tak mampu,
Atau Kamu mungkin tak memiliki cinta yang sama,
cinta untukku.

Ketika aku terluka untuk kesekian kali, atas ucapanmu,  atau yang kamu lakukan,
Rasanya ingin ku buang semua puisi antara kita berdua.
Ya, Aku tau, aku tak berhak menyebut itu antara kita, karena aku saja, mungkin aku saja yang mencintaimu.
Puisi yang kubuat sepenuh hati, dengan segenap rasa yang kupunya
Puisi yang kerap tercipta atas rasa yang tertahan, tak tersampaikan tapi juga semua impian dan juga harapan.

Buang semua puisi antara kita berdua.
Ketika kupikir ini percuma, kamu juga tidak membacanya,
Tidak memperdulikan rasa,
Rasaku padamu, yang kusimpan lama.
Juga ketika kamu hapus aku,
Yang saat itu sedang berada disampingmu, bahkan selalu.

Sunday, September 2, 2012

Pegang Kendalinya, dalam Kapal Kita.


Samudera di hadapanku luas membentang,dari bagian manapun tetap dapat kulihat cahaya malam atau siang, kecuali bila tiba waktu ku tenggelam.
Kucelupkan tanganku membelai lautan,mungkin aku sedang menepi,
Kukira dirimu ingin menjadi nahkoda ku,
Tapi tak kunjung kamu pegang kendalinya.
Suatu hari jangan salahkan jika aku mengayuh jauh karena sudah jenuh terapung apung, lagipula mungkin kamu sudah lebih dulu pergi, tak pernah ada hati .

Saturday, September 1, 2012

Museum Ini Kehilangan Agustus


Bulan September.
Museum ini kehilangan Agustus.
Agustus yang tak ku isi samasekali.
Mungkin itu pembiaran, atau memang terencana,
Ketika sudah kurangkai kata, aku terlalu luka untuk kemudian mengabarkannya.
Kusimpan dalam folder pribadiku saja.
Kemudian sengaja kupilih memposting di bulan lainnya.

Sebelum ini mungkin ada luka lain yang pernah dibulan bulan lainya yang sering.
Jadi sebenarnya tidak ada yang special dengan bulan ini, dengan luka ini, atau bahkan dengan cinta.

Bulan Agustus,
Hari ulangtahunku?
Aku memang tidak pernah berharap lebih soal itu.
Lagipula bahkan ia tak ingin tahu bagaimana sekedar kabarku,
Meski aku sempat beberapa kali melempar tweet untuknya.
 

Wednesday, July 18, 2012

Aku Belum Lupa, Kamu

Melihatmu dari kaca laptopku.
Aku belum lupa.
Kita pernah melewati malam-malam.
Kelopak mataku berair.
Ingatan itu mungkin meleleh disana.
Jika boleh ku ibaratkan,
Pikiranku berusaha keras untuk menguliti perasaan ini.
Tetap saja aku tak membawa pisau lain yang kemudian mampu seperti yang pernah kucoba sudah sudah.

(Farida Isfandiari, 10 Juli 2012)
"Sudah bukan waktu nya lagi"
Salah satu kalimat pemencet pause agar hidup manusia play lagi ketika ada jeda dimenit yg tidak seharusnya. Meski tetap saja,berharap sedetik ia muncul dalam layar yg manusia genggam.

"Bukan sudah tidak ada waktu lagi, tapi sudah tidak ada kamu untuk ku dalam waktu yg ada"

Rekaman yg kita miliki berbeda. Belum tentu kamu pernah merekamku

         (Farida Isfandiari, 17 Juli 2012)

Friday, July 6, 2012

"Masa masa yang memang harus di jalani, kita jalani saja sepenuh hati, tidak ada yang tahu ada apa dengan esok, dirimu masih ku genggam dalam hatiku, jangan berhenti tersenyum disana, di tempat yang mungkin kamu sudah melupakanku, semoga tidak ya :) , maaf aku masih berkhayal tentang hari milik kita, satu hati. Tapi kamu tidak perlu memikirkan hatiku"



01:02 - 01:06

(Farida Isfandiari, 6 Juli 2012)

Senyummu, dalam Hari-hari ku, tapi Hatimu?

Sudah berapa hari, tak melihat senyummu.
Akan sampai berapa hari tak bertemu.
Aku bahkan pernah melewati ini,
Hari hari kepergianmu dulu,
Yang mungkin hanya aku yang menginggatmu, hanya aku yang rindu
Atau melewati lebih dari itu, 
 Hari hari yang bahkan aku samasekali tak mengenalmu.
Seperti hatimu yang sampai sekarangpun seperti tak pernah ku kenali,
Mungkin aku tahu, atau mencoba tahu, apa yang kamu suka, apa yang tidak kamu suka.
Apa yang bisa membuatmu tertawa, apa yang bisa membuatmu bahagia.
Tak terkecuali aku mengenali marahmu, atau kekanak-kanakanmu, lalu kemudian hingga aku mengerti.
Memahamimu.
Ya ini berlebihan,
Tapi mungkin suatu hari nanti, esok aku bahkan sudah tak kau kenal lagi.
Seperti hari hari lalu, kamu seperti seolah melupakan.
Suatu hari nanti mungkin kita akan menemukan hari hari dan hati yang akan kita kenal, untuk menjadi teman hidup kita masing masing setiap hari, sampai hari selesai, hati kita dalam jiwa lain yang di takdirkan Tuhan.
Senyummu masih menghidupi hari hariku disini
Akan sampai berapa hari?
Siapa yang ada di hatimu tiap hari?
Aku masih menyimpan senyummu dihati.

01.02
(Farida Isfandiari, 6 Juli 2012)

Monday, June 25, 2012

Selanjutnya, Kamu Memang tidak Pernah Ingin Memilikinya


Tangis kanak-kanak.
Ini mungkin hanya sebuah emosi yang membuncah.
Tapi bukankah cinta juga merupakan salah satu bentuk dari emosi.
Hei, tidak ada yang ingin kukatakan, juga tidak ada yang bisa kukatakan.
Semuanya seperti sudah tersurat kukatakan berulang ulang.
Pada sebuah awal, yang kemudian kukira kamu memiliki perasaan untukku.
Lalu selanjutnya akupun kemudian tak memiliki perasaan untuk selain dirimu.
Dan selanjutnya,
Aku tak pernah bisa memilikinya, memiliki apapun, rasa, dirimu.
Mungkin terkadang sering aku menjadi terlalu ekpresif,
Terkadang diam itu bukan tanpa alasan,
Menahan perasaan, menahan agar aku tak terlalu terbawa suasana, menahan agar aku tak menangis.
Di dadaku ada yang kemudian mendadak meledak ledak.
Ya semoga setiap manusia mampu memakluminya.
Kamu tak pernah.
Seandainya aku lekas lupa.
Seandainya semua kembali seperti biasa.
Kenapa cinta itu harus dirimu,
Untuk saat ini.
Hei kenapa kamu tidak juga.

(Farida Isfandiari, 25 Juni 2012)