expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Monday, June 25, 2012

Selanjutnya, Kamu Memang tidak Pernah Ingin Memilikinya


Tangis kanak-kanak.
Ini mungkin hanya sebuah emosi yang membuncah.
Tapi bukankah cinta juga merupakan salah satu bentuk dari emosi.
Hei, tidak ada yang ingin kukatakan, juga tidak ada yang bisa kukatakan.
Semuanya seperti sudah tersurat kukatakan berulang ulang.
Pada sebuah awal, yang kemudian kukira kamu memiliki perasaan untukku.
Lalu selanjutnya akupun kemudian tak memiliki perasaan untuk selain dirimu.
Dan selanjutnya,
Aku tak pernah bisa memilikinya, memiliki apapun, rasa, dirimu.
Mungkin terkadang sering aku menjadi terlalu ekpresif,
Terkadang diam itu bukan tanpa alasan,
Menahan perasaan, menahan agar aku tak terlalu terbawa suasana, menahan agar aku tak menangis.
Di dadaku ada yang kemudian mendadak meledak ledak.
Ya semoga setiap manusia mampu memakluminya.
Kamu tak pernah.
Seandainya aku lekas lupa.
Seandainya semua kembali seperti biasa.
Kenapa cinta itu harus dirimu,
Untuk saat ini.
Hei kenapa kamu tidak juga.

(Farida Isfandiari, 25 Juni 2012)

Wednesday, June 20, 2012

Sayang, Kita akan Wujudkan Keindahan itu

Apakah ketika saatnya tiba.
Dan sudah berwujud kita.
Meskipun tanpa kutahu itu dirimu atau entah siapa.
Tanya yang tiba tiba, lalu imajinasiku melambung tinggi,
Ya larut malam begini.
Aku tahu jika kesatria itu kamu, kamu pasti akan mengerti.
Ketika lelah seperti ini,
Sepulang pergi dari pagi,
Menunaikan amanat darinya NYA, mengeja hari di bawah sang surya.
Kala itu apakah ketika masing masing dari kita sampai di rumah kita  berdua.
Apakah aku masih mampu menyambutmu dengan senyum di depan pintu.
Apakah kamu ingin cepat cepat pulang kerumah  kita untuk menemuiku.
Apakah  kita masih sempat untuk bertukar cerita.
Membelai rambut,sedikit kecup yang mungkin manja atau menggoda.
Sesuatu yang sederhana, tapi itulah keindahan darinya dalam sebuah rasa.
Yang pasti apakah ada waktu untuk saling memberikan dan menggungkapkan cinta.
Apakah aku mampu menjadi pelepas lelahmu, atau pun menjadi semangat barumu.
Kita tidak akan pernah tahu, kehidupan seperti apa kelak yang akan kita jalani.
Tapi aku punya mimpi,
Akan indah pada waktunya itu harus benar benar kita wujudkan.
Keindahan yang kita bangun.
Dengan perasaan penuh bunga di dalam dada, senyum atau tawa yang pasti berbeda jika itu adalah balutan dari cinta dan bahagia yang tercipta.
Dirimu, suatu hari akan ada yang bersedia menjalaninya bersamaku.
Pasti, keyakinanku dalam hati.
Kita masih sedang dalam fase berusaha untuk meraih kehidupan yang lebih baik,
Kehidupan yang tanpa siapapun,
Kehidupan dengan mengandalkan kekuatan diri kita sendiri,
Jika takdir itu kamu, kehidupan yang mengandalkan kekuatan kita sayang.
Kita usahakan apa yang bisa kita raih sekarang,
Mungkin aku sedang menunggu,
Mungkin itu kamu.
Masa depan, yang lebih baik tentu dengan dirimu yang bagiku adalah terbaik,
Janji untuk masa depan yang menunggu kita bersama,
Masa depan aku tahu kamu akan mewujudkannya dalam bahagia penuh keindahan dan cinta.

00:23
(Farida Isfandiari, 20 Juni 2012)


Friday, June 1, 2012

Ketika, Manusia, Merasa, Cinta

Keadaan memaksa manusia untuk tetap berjumpa dengannya. Meski sesekali manusia begitu berterimakasih pada keadaan yang kemudian mempertemukannya.
Pertemuan sekian untuk hari ini, begitu kira kira ketika berjumpa.
Berbincang tentang sesuatu yang masih berhubungan atau tiba-tiba sama apa yang dialami manusia-manusia.
Ketika ingatan manusia membawa ke sebuah ketika, manusia masih bergetar, tertahan.
Sedangkan dirinya, seseorang yang dicinta manusia tak merasakan,
Atau bisa dikatakan, ketika manusia lain tak punya ingatan juga tentangnya.
Yang ada mungkin hanya pilu.
Disembunyikan di balik senyumannya selalu.
Bukan kesedihan yang hendak manusia bawa.
Sejak awal yang ada dan ingin manusia wujudkan adalah cinta.
Bukankah cinta adalah untuk mewujudkan Kebahagiaan?
Meski sang manusia tak merasakan.
“Mungkin aku telah terbohongi, dengan perasaan merasa di cintai”

00.32 - 00.49 WIB
(Farida Isfandiari, 1 Juni 2012)