Dua Belas Oktober
Dua dua lebih lima menit
Bahkan mungkin sudah tak kuhitung lagi kapan terakhir kamu berkomentar tentangku,
rasanya sudah sangat lama, lama sekali,
berbulan-bulan, bahkan tahun tahun dibelakang sana,
lalu aku juga dapat menyebutkan namamu kembali,
memanggilmu disaat kamu tahu,
yang sebelumnya mungkin hanya bisa kusebut namamu saja tanpa kamu tahu, tanpa mendengarnya, memanggilmu, kubayangkan disisiku, atau kelak bisa terus disampingmu,
atau ini sapa pertama setelah jeda dan tidak ada lagi setelahnya?
walau kelu itu adalah belum kutahu sampai kapan aku bisa tak menyebut namamu, lagi.
22:27
(Farida Isfandiari, 12 Oktober 2014)
karena cinta memiliki sejarah masing masing, dan pernah berharga, untuk masa itu saja, masa ini, atau sampai nanti. sehingga cinta harus disimpan dalam tempat yang kapan saja bisa kau kunjungi, karena cinta itu kekal seperti energi, tidak akan hilang, hanya akan berubah bentuk saja
Sunday, October 12, 2014
Sunday, June 15, 2014
Selamat Berjuang
Bahkan hilang sebelum aku datang.
Tanpa memberi kesempatan ucap perpisahan.
Tak pernah benar-benar menggengam.
Tanpa tau membuat ini menjadi dalam.
Diam.
Kenang.
Selamat berjuang.
Sayang.
(Farida Isfandiari, 15 Juni 2014)
Tanpa memberi kesempatan ucap perpisahan.
Tak pernah benar-benar menggengam.
Tanpa tau membuat ini menjadi dalam.
Diam.
Kenang.
Selamat berjuang.
Sayang.
(Farida Isfandiari, 15 Juni 2014)
Mengantarmu
Mengantarmu.
Sebentar lagi kita sampai di akhir musim.
Pemberhentian dulu yang pernah meneduhi kita, juga sudah
jauh dibelakang sana.
Kau memang sudah pergi sejak dulu, meski tak jarang juga
masih berjumpa tanpa sapa
Seperti telisik yang kadang-kadang mampir,
tak kuasa mengelak bahwa aku memang belum sepenuhnya
melupakanmu
Mungkin kau yang akan akan terlebih dulu berangkat,
menuju gerbong yang membawamu lebih dekat dengan masa
depanmu,
menghirup musim baru yang diimpikan,
Aku sering berfikir, arah rel takdir memang sudah begitu,
tapi tidak pernah terbayangkan sekalipun,
tak tertembus imajinasiku, Tuhan menjaga cerita makhluknya
dengan sangat rahasia.
Saat nanti kau benar-benar pergi dan mungkin kita tidak
pernah bertemu lagi di stasiun manapun
Apa aku juga harus mengantarmu?
Apakah tidak cukup aku kehilangan dirimu saat pergi tanpa
sedikitpun menoleh, tanpa berpamitan, tanpa mengucap salam perpisahan, tanpa
pernah menatap mataku yang berkaca-kaca dan hati yang kau pecahkan.
Juni, bukan Maret, kau memang tidak pergi secepat yang
kuperkirakan dan dulu tak kuinginkan.
Jika mungkin mampu mengantarmu, aku ingin menepuk bahumu,
Di musim baru itu mungkin bebanmu lebih berat, tapi kau
harus membaginya,
Disana ada yang akan menyandarkan kepalanya disamping
kananmu, tapi dia juga yang akan meringankan bahumu,
Atau mungkin aku hanya akan melihatmu saja dari kejauhan,
tak akan menunjukkan apa-apa, tanpa sepatah kata.
01 : 18
(Farida Isfandiari, 27 Maret 2014)
Subscribe to:
Posts (Atom)