expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sunday, September 2, 2012

Pegang Kendalinya, dalam Kapal Kita.


Samudera di hadapanku luas membentang,dari bagian manapun tetap dapat kulihat cahaya malam atau siang, kecuali bila tiba waktu ku tenggelam.
Kucelupkan tanganku membelai lautan,mungkin aku sedang menepi,
Kukira dirimu ingin menjadi nahkoda ku,
Tapi tak kunjung kamu pegang kendalinya.
Suatu hari jangan salahkan jika aku mengayuh jauh karena sudah jenuh terapung apung, lagipula mungkin kamu sudah lebih dulu pergi, tak pernah ada hati .
Sayangnya kenangan dan harapanku tentangmu masih sekuat burung-burung camar yang lalu lalang terbang membayang menerus di awan pikiran
Impian itu, berlayar dengan kekuatan kita, menertawakan ombak-ombak yang terus coba menghempas, menikmati laut dan ciptaanNya yang tak pernah kehilangan pesona.
Aku bahkan mengikuti arahmu, menunggu sampai bosan, mengambil arahlain mugkin adalah pilihan, dermaga pertemuan tak hanya itu kan, ah tak lekas hilang jua harapan.
Walau mungkin saja disana kamu temukan pelabuhan hatimu.
Ya, aku mungkin tidak pernah lebih menarik dari semua yang lalu lalang disisimu.
Namun beberapa hembus angin dan bergantinya hari yang pernah dilewati bersama, meski kita hanyalah penumpang, tetap saja adalah harta karun untukku.
Aku rindu melihatmu belajar mengemudikan kapal.
Ohya,apa kamu tak rindu saat semuanya takut lalu tunduk ucapanmu.
Sekarang harimu asyik membuat catatan.
Jika kamu senang, jika itu tujuan, maka lakukan.
Aku belum bosan melihatmu dengan caraku sendiri.


(Farida Isfandiari, 22 Agustus 2012)

No comments:

Post a Comment