expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Thursday, March 29, 2012

Pemahaman yang Bisa Aku Paham


Kamu tidak paham,
Kamu seperti tidak paham.
Mungkin memang tidak akan paham.
Atau memang  tidak mau paham.
Siapapaun tidak benar-benar paham.
Dan tidak akan pernah bisa paham.
Tidak membutuhkan siapapun hingga kemudian bisa atau menjadi paham.
Pemahaman yang aku tidak paham.
Pemahaman sendiri.
Atau kita tidak paham akan pemahaman itu.
Mungkin tidak siapapun.
Seperti pemahaman.
Tidak pernah bisa benar benar.
Tidak pernah membutuhkan kamu.
Pemahaman siapapun.
Seperti  kamu mungkin tidak membutuhkan.
Aku paham kamu.
Atau  bukan pemahaman.
Bukan tidak paham.
Pemahaman kamu akan aku tidak pernah.
Pemahaman  yang  bisa aku paham.
Kamu mungkin benar benar, tidak pernah membutuhkan aku.
22:42

(Farida Isfandiari, 29 Maret 2012)

Sering, Ini Membuat Manusia Seperti Seorang Pesakitan


Suatu hari manusia berpikir bahwa ini sebuah kutukan.
Harus menangis untuk hal hal yang sama.
Mungkin ini tidak adil.
Tapi ukuran keadilan itu sendiri masih terus manusia pertanyakan.
Mungkin Tuhan masih ingin manusia  seutuhnya  mencintaiNYA  saja.
Tapi Tuhan memerintah manusia untuk mencintai makhluknya.
Tuhan, ini merupakan salah satu  asalan manusia  untuk terus hidup.
Tapi Tuhan ini membuat diri manusia sering hanya menjadi  tak lebih dari seorang  pesakitan.
Tuhan sering manusia bingung, kenapa harus  manusia yang mungkin  tidak pantas untuk kemudian lalu menjadi sangat terluka.
Ini  pasti akan selesai, manusia yakin akan selesai.
Tapi kenapa harus selalu seperti  ini Tuhan?
Kesalahan manusia  itu sendirikah?
Kesalahan manusia itu sendiri?
Tuhan seandainya manusia boleh tahu kesalahan apa yang telah ia perbuat.
Jika mencintai itu seperti sebuah kesalahan.
Maka bimbinglah manusia Tuhan.
Agar tidak sia sia, berkutat pada kesalahan yang sama.
Cinta  yang benar? Ada kah untuk sang manusia?

(Farida Isfandiari, 29 Maret  2012)











Pagi, Andai Aku Bisa Menyapamu

Selamat pagi.
Andai  aku bisa menyapamu seperti lainnya.
Maaf, jika aku terlihat tak peduli.
Hanya seperti membohongi diri.
Kebodohan macam apa.
Semacam cara agar terlihat biasa.
Aku pun tak menginginkan seperti ini.
Hei, semoga kau bisa menikmati hari.
Sepertinya kau sudah dalam keadaan baik baik saja itu melegakan.

(Farida Isfandiari, 29 Maret 2012)

Monday, March 26, 2012

Itu adalah Pelepas Lelah Paling Mujarab

Yang bahkan hampir kujumpai tiap hari.
Untuk kali ini aku bisa melihatnya lebih dekat,
Masih indah, punya senyum tersendiri.
Meski  tanpa tahu kapan ini akan bertahan.
Hei, mungkin besok kita sudah tak bisa begitu lagi.
Masih belum merasa juga?
Atau memang pura pura.
Ini  lebih baik, bersamamu setidaknya  mengayunkan langkah kaki terasa lebih ringan.
Jalan  yang harus kita tapaki masih panjang.
Berhenti sejenak, hal  yang  paling  menyenangkan di musim ini memang duduk di sampingmu.
Itu adalah pelepas lelah paling mujarab.
Mengamatimu lama,
Seandainya kau ijinkan aku menghapus peluhmu.
Setidaknya aku melihatmu nyaman disampingku itu adalah sesuatu yang lebih dari cukup.
Untuk masa masa pembiasaan,
Jika memang jawaban yang harus kuterima adalah biasa saja.

19:31
(Farida Isfandiari, 26 Maret 2012)

HALAMAN TELAH DIHAPUS




Wednesday, March 21, 2012

Menemukan Cinta atau Cinta Yang Menemukan Kita


Sepertiku yang tak pernah dapat menemukan cintamu.
Sepertimu yang tak pernah dapat menemukan cinta didiriku.
Untuk cinta, mungkin masing masing dari kita belum pernah menemukannya.
Namun sayangnya dirimu tak ingin menemukannya  di diriku.
Aku menemukan banyak cinta didirimu, tapi tidak untuk kutemukan.
Menemukan cinta atau cinta yang menemukan kita.
Menemukan cinta lalu kita.
Atau menemukan kita lalu cinta.
Menemukan cinta kita.
Aku kamu diantaranya cinta, apa ada?
Kucoba menemukan sendiri.
Silahkan temui yang lain, temukan cintamu.
Kutemukan luka.


00.30

(Farida Isfandiari, 21 Maret 2012)

Monday, March 19, 2012

Entah Pagi yang Kapan


Pagi akan selalu dimulai.
Tanpa kehadiran kita sekalipun.
Suatu hari yang sama, namun mungkin sudah benar benar kau lupakan.
Di tanggal ini jika benar.
Ada sesuatu yang seharusnya tak dimulai.
Kau mulai, ku mulai, atau memang kehendak pencipta pagi.
Pertemuan di suatu pagi.
Meskipun bukan untuk pertama bahkan sudah kesekian kali.
Dipertemukan sesuatu yang  harus kita datangi.
Kau tak menemuiku, aku juga tak bermaksud menemuimu.
Seperti pagi ini juga, aku juga tak bermaksud  memikirkan ini.
Tapi kemudian aku masih saja ingin mendapatkan semua pagimu.
Pagi pertamamu, bersamamu menikmati pagi hingga pagi di keesokan hari.
Meski entah siapa pagi yang ingin kau temui.
Aku masih ingin menjadi pagimu, di pagi nanti maupun di pagi yang lain.
Hingga tak ada pagi lagi.
Entah pagi yang kapan.
Atau Inginmu kuselesaikan di pagi ini, supaya tepat  untuk ku pergi.
Hei untuk mu di musim ini.
Senyummu membuatku selalu menunggu pagi.

01.00

(Farida Isfandiari, 19 Maret 2012)

Sunday, March 18, 2012

Harapan, Tak Butuh Siapapun.

Perlu diingat.
Aku tak pernah menggantungkan harapanku padamu.
Aku berharap pada harapanku sendiri.
Sehingga aku tak butuh siapapun.
Untuk kemudian peduli.

Setiap orang sudah seharusnya mengejar harapannya masing masing.
Raihlah harapanmu.
Harapan menjadi sesuatu yang penting.

Harapanku, cukup aku saja yang tahu.
Dirimu?
Bagaimana?

(Farida Isfandiari, 17 Maret 2012)

Saturday, March 17, 2012

Tanggal KITA

Tanggal kelahiran kita berbeda.
Tanggal kematian pun kita tak akan pernah tahu.
Tapi aku ingin memiliki satu tanggal yang sama dengan mu.
Tanggal KITA.
(Farida Isfandiari, 10 januari 2012)

Hari Yang Tersisa

Hari hari yang tersisa, selebihnya waktu tidak pernah salah, ia hanya berjalan sesuai tugasnya.
Kita yang menyia-nyiakan.
Kita yang tidak pernah sempat menyatukannya, meskipun sebentar saja menjadi waktu kita.
(Farida Isfandiari, 10 januari 2012)

Di hari hari Mendatang

Dimana hari-hari yang dulu? Tidak akan ada hari-hari yang dulu lagi.
Karena memang tak akan pernah ada yang berulang.
Tak peduli, inginku hanyalah di hari hari mendatang, bisa tetap bersamamu,
(Farida Isfandiari, 10 januari 2012)

Nyanyi Hujan Ngilu

Nyanyi hujan yang terkadang terdengar ngilu.
Pecah, saat iringi rintik airmata kepergianmu.
Hujan lebat, gerimis, reda.
Seperti perjumpaan kita.
Berakhir sewaktu waktu, dan pilu.
(Farida Isfandiari, 10 januari 2012)

Didinginkan

Manusia keluar, membiarkan tubuh kedinginan.
Seimbang.
Di dalam tubuh ada yang lebih dulu kedinginan.
Karena di dinginkan, manusia lain.
(Farida Isfandiari, 13 januari 2012)

Membedakan Kita, Kamu Lelaki

Sesulit itukah tanya pada diri sendiri kemudian padaku.
Ah buktinya aku juga hanya bertanya pada diriku sendiri.
Itu yang membedakan kita, kamu lelaki.
(Farida Isfandiari, 22 januari 2012)

Buat Ini Padam

Sesekali diam itu adalah perwujudan redam tentang perasaan yg terlanjur dalam tapi hanya melihatnya bungkam sementara keacuhannya bagai secuil tikam serumit itukah sebuah pendam, Tolong jangan buat ini padam.
(Farida Isfandiari, 24 januari 2012)

Setidaknya Kita Pernah

Sekalipun apa yang tersusun terpaksa terhancurkan atau dihancurkan.
Setidaknya kita pernah belajar dan menyoba menyusun itu.
Kita? Ya mungkin akan hanya sebatas kamu atau aku ditempatnya masing masing.
(Farida Isfandiari,24 Januari 2012)

HALAMAN TELAH DIHAPUS

Sunday, March 11, 2012

Merembes Melalui Kedua Celah Matanya

Hujan di hati yang terpaksa harus manusia terus bendung itu merembes melalui kedua celah matanya.
(Farida Isfandiari, 7 Maret 2012) 

Kode yang Butuh di Terjemahkan

Tak ada kode kode yang butuh diterjemahkan,
karena ini hanya seperti komunikasi hati satu arah.
Jadi memang sudah sepantasnya tanpa feedback.
(Farida Isfandiari, 8 Maret 2012)

Seperti Apa di Baliknya

Seperti menemui apa yang sebaliknya tak ingin ditemui,
tapi juga tak semudah berbalik seperti ingin yang apa.
Seperti apa dibaliknya.
(Farida Isfandiari, 11 Maret 2012) 

Sebatas Saja, Tanpa Rasa

Sebatas kenang, melesak lalu menghilang.
Sesuatu yang menyenangkan saja tanpa rasa,
begitu kira kira,
baginya.
(Farida Isfandiari, 11 Maret 2012) 

Tuesday, March 6, 2012

Wisuda Itu

Di wisuda itu akan ada yang terwujud.
Tapi ada juga yang terenggut.
Mimpimu.
Mimpiku,
Memilikimu
(Farida Isfandiari, 6 Maret 2012)