expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Monday, February 20, 2012

Sedikit Tentang, Mungkin, Mencintaimu

“Kekakuan yang terkadang muncul.
Karena ketidaktahuan apa yang seharusnya dihadirkan.
Kehadiran rasa yang terlanjur dominan, sekalipun sebelumnya kita terbiasa sebagai teman
Tetap saja aku kesulitan untuk kemudian harus menukarnya sejenak menjadi biasa


Seperti kebekuan hatimu yang entah sengaja kau munculkan
Atau memang tidak pernah ada semi yang kau rasa saat bersamaku setelah musim dingin panjang yang harus dilewati manusia dalam dingin tanpa seseorang”




Mungkin aku mencintaimu, dan mungkin bisa bersamamu walaupun tidak hanya ada “kita” bukan atas nama “kita” bukan untuk “kita”, tanpa kau juga punya perasaan yang sama, tanpa kau mengetahui, tanpa kau sadari.


Mungkin aku bisa sangat berbahagia, di ijinkan melewati hari hari bersamamu, dengan anugrah perasaan ini yang aku sendiri tak tahu akan bertahan sampai kapan.


Tapi sungguh, sering perasaan ini menjadi sebuah beban tersendiri, ketika yang lain bisa sangat leluasa berbaur dengan mu sedangkan aku berusaha menjaga sikapku yang malah seringkali menjadi salah tingkah.
Harusnya aku biasa saja, toh sebelumnya, bahkan mungkin kita pernah melewatkan lebih dari ini. Tapi ini menjadi lebih sulit karena ada ‘rasa’ disana.


Aku sangat menyesal ketika mungkin malah lebih sering kemudian merusak suasana, yang seharusnya dapat kunikmati, atau juga kau nikmati. Aku benci jika kemudian harus sibuk sendiri agar saat bersamamu, ataupun di dekati, karena sungguh atau tidak tahu lagi harus berbuat apa, membicarakan apa, bertanya apa. Kadang begitu sulit untuk memulai sesuatu yang biasa seperti sebelumnya.


“Ada keterlambatan yang ku sesali, menyadarimu.


Seperti menyadarkan ku akan kehadiranmu, kau keluarkan apa yang kemudian kuanggap rasa,


Aku mungkin salah paham, tapi rasa tidak salah.


Entah berniat kau hadirkan atau tidak


Tapi kemudian aku ingin menggengammu


Kapan kita bisa sama sama merasa saling menemukan


Bukan hanya saling melempar pandang dengan penuh tanya sebenarnya apa yang tengah terjadi pada masing masing kita atau diri sendiri.


Aku ingin kau bertanya padaku, atas apa yang sejak dulu memang ingin kukatakan tapi hanya kusimpan dalam tatapan.


Sekalipun jawaban kita nanti berbeda,


setidaknya pernah tahu bahwa aku, padamu, saat ini, tanpa tahu selanjutnya, sedetik lagi pun”


(Farida Isfandiari, 7 Desemeber 2011)

No comments:

Post a Comment